Anggota
Komisi A DPRD DKI Jakarta, Nur Alam Bakhtir, memiliki kekhususan
tersendiri. Selain terkenal vokal dalam mengkritisi setiap kebijakan
Pemprov DKI, pria bertubuh tinggi dan selalu memakai peci ini juga
pandai dalam berdakwah. Bahkan dia rela menghabiskan waktunya untuk
memberi ceramah agama di sejumlah Masjid di ibu kota.
Politisi PKB ini mengaku sudah menjalankan aktivitas itu sejak lulus kuliah tahun 1983. Lulus dengan predikat terbaik dan tercepat memberi motivasi tersendiri untuk mengaplikasikan dan mentransfer ilmu yang ia peroleh kepada masyarakat. “Ilmu yang kita dapat akan lebih bermanfaat jika dipahami dan dilaksanakan orang lain,” kata Nur Alam yang juga menjabat Ketua Badan Kehormatan DPRD DKI Jakarta itu santun.
Pria kelahiran Kuningan 28 Februari 1957 ini sering memberikan ceramah di sejumlah Masjid dan Musholla di lima wilayah Jakarta. Tidak hanya di masjid, Ketua Dewan Tanfidz PKB Jakarta Utara ini juga sering memberikan dakwah di lingkungan pemerintahan, seperti Mabes Polri dan lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Bahkan, wajah suami Hj Lilies Nurmawati sudah sangat akrab bagi jamaah Masjid Istiglal dan Sunda Kelapa.
Ayah empat orang anak ini sering tidak mempedulikan jauhnya lokasi untuk berdakwah. Dia pernah memberikan dakwah sampai ke pelosok daerah terpencil, seperti Biak, Lhokseumawe, dan Sulawesi.
Jika mengacu pada latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi yang dimilikinya, kemampuan sebagai juru dakwah handal yang dimilikinya sangat wajar.
Sebab, selain lulusan IAIN, pria yang fasih berbahasa Arab ini juga eksis sebagai pengurus di sejumlah organisasi Islam. Pria yang memiliki hobi bulutangkis ini pernah menjabat sebagai pengurus, Sekretaris Umum Masjid Sunda Kelapa sejak tahun 1982. Bahkan, kini dia memegang jabatan sebagai Dewan Pakar di masjid tersebut. Selain itu, dia juga menjabat sebagai Ketua Forum Da’i DKI Jakarta.
Anggota dewan periode 2004-2009 ini menjelaskan kegiatan ceramah ini bisa dilakukan sebanyak 3-4 kali/hari. Bahkan, kalau bulan puasa, frekuensinya bisa meningkat mencapai 100 kali lebih selama sebulan penuh. Namun, dia mengaku keterbatasan waktu yang dimilikinya membuat frekuensi kegiatan memberikan siraman rohani ini kini mulai berkurang. “Apalagi sejak menjadi anggota dewan. Sekarang minimal satu atau dua kali sehari,” tuturnya.
Pria yang berdomisili di Jl. Cipeucang II, 19, Koja, Jakarta Utara ini, juga memiliki moto hidup yang patut dijadikan panutan. Sejak kecil, dia selalu menerapkan prinsip kemandirian. Hal itu terlihat dalam setiap tindakan dan keputusan yang ia ambil.
Lalu apa obsesinya menjadi anggota dewan? Dengan tenang tapi pasti dia menjawab: “Memberikan nasehat kepada orang lain secara normatif sudah terpenuhi karena setup harinya saya sering bertemu orang, mulai dari lapisan bawah sampai ke tingkat Jenderal. Namun, saya ingin tahu perjuangannya secara praktis seperti apa? Karena itu, saya ingin menjadi anggota dewan dan membantu menjawab aspirasi dan masalah yang di hadapi masyarakat”.
Sejak menjabat sebagai anggota dewan setahun lalu, saya banyak melihat permasalahan di bawah yang belum terpecahkan. Dia mencontohkan, masalah rendahnya insentif yang diterima RT/RW setiap bulannya. Selain itu, juga ada masalah rendahnya tingkat kesejahteraan guru madrasah dibanding guru sekolah umum lainnya. “Saya mencoba untuk memperjuangkan hal ini,” jelas pria yang suka olah raga senam ini.
Namun, faktor utama yang membuat dia ingin menjadi wakil rakyat, yaitu gerakan ekslusifisme. Menurutnya, gerakan ini dalam jangka panjang akan sangat membahayakan kesatuan bangsa. Kebersamaan, pluralisme, demokratisasi harus diperjuangkan tidak hanya sekedar teori normatif, tapi diperjuangkan secara realitas. Dan, perjuangan yang paling utama, yaitu memberikan pemahaman dan saling memahami. Jika hal itu diterapkan, maka akan tercipta kebersamaan dan toleransi antarumat beragama.(beritajakarta)
Riwayat Hidup Singkat
Nama: Nur Alam Bakhtir
Tempat/Tgl Lahir: Kuningan, 28 Februari 1957
Alamat: Jl. Cipeucang II, 19, Koja, Jakarta Utara
Pengalaman Organisasi: Ketua Dewan Tanfidz PKB Jakarta Utara, PMII, Sekretaris LDNU DKI, Forum Silaturahmi Da´i Jakarta, Ketua Dewan Masjid Jakarta, Dewan pakar MUI Jakarta Utara.
Pendidikan Terakhir: Sarjana IAIN
Nama Istri: Lilis Nurmawati
Nama Anak: Dina Fardiana Ulfah,
Yani Hijriani,
Ghozi Aufa,
Rifa Arifah
Politisi PKB ini mengaku sudah menjalankan aktivitas itu sejak lulus kuliah tahun 1983. Lulus dengan predikat terbaik dan tercepat memberi motivasi tersendiri untuk mengaplikasikan dan mentransfer ilmu yang ia peroleh kepada masyarakat. “Ilmu yang kita dapat akan lebih bermanfaat jika dipahami dan dilaksanakan orang lain,” kata Nur Alam yang juga menjabat Ketua Badan Kehormatan DPRD DKI Jakarta itu santun.
Pria kelahiran Kuningan 28 Februari 1957 ini sering memberikan ceramah di sejumlah Masjid dan Musholla di lima wilayah Jakarta. Tidak hanya di masjid, Ketua Dewan Tanfidz PKB Jakarta Utara ini juga sering memberikan dakwah di lingkungan pemerintahan, seperti Mabes Polri dan lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Bahkan, wajah suami Hj Lilies Nurmawati sudah sangat akrab bagi jamaah Masjid Istiglal dan Sunda Kelapa.
Ayah empat orang anak ini sering tidak mempedulikan jauhnya lokasi untuk berdakwah. Dia pernah memberikan dakwah sampai ke pelosok daerah terpencil, seperti Biak, Lhokseumawe, dan Sulawesi.
Jika mengacu pada latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi yang dimilikinya, kemampuan sebagai juru dakwah handal yang dimilikinya sangat wajar.
Sebab, selain lulusan IAIN, pria yang fasih berbahasa Arab ini juga eksis sebagai pengurus di sejumlah organisasi Islam. Pria yang memiliki hobi bulutangkis ini pernah menjabat sebagai pengurus, Sekretaris Umum Masjid Sunda Kelapa sejak tahun 1982. Bahkan, kini dia memegang jabatan sebagai Dewan Pakar di masjid tersebut. Selain itu, dia juga menjabat sebagai Ketua Forum Da’i DKI Jakarta.
Anggota dewan periode 2004-2009 ini menjelaskan kegiatan ceramah ini bisa dilakukan sebanyak 3-4 kali/hari. Bahkan, kalau bulan puasa, frekuensinya bisa meningkat mencapai 100 kali lebih selama sebulan penuh. Namun, dia mengaku keterbatasan waktu yang dimilikinya membuat frekuensi kegiatan memberikan siraman rohani ini kini mulai berkurang. “Apalagi sejak menjadi anggota dewan. Sekarang minimal satu atau dua kali sehari,” tuturnya.
Pria yang berdomisili di Jl. Cipeucang II, 19, Koja, Jakarta Utara ini, juga memiliki moto hidup yang patut dijadikan panutan. Sejak kecil, dia selalu menerapkan prinsip kemandirian. Hal itu terlihat dalam setiap tindakan dan keputusan yang ia ambil.
Lalu apa obsesinya menjadi anggota dewan? Dengan tenang tapi pasti dia menjawab: “Memberikan nasehat kepada orang lain secara normatif sudah terpenuhi karena setup harinya saya sering bertemu orang, mulai dari lapisan bawah sampai ke tingkat Jenderal. Namun, saya ingin tahu perjuangannya secara praktis seperti apa? Karena itu, saya ingin menjadi anggota dewan dan membantu menjawab aspirasi dan masalah yang di hadapi masyarakat”.
Sejak menjabat sebagai anggota dewan setahun lalu, saya banyak melihat permasalahan di bawah yang belum terpecahkan. Dia mencontohkan, masalah rendahnya insentif yang diterima RT/RW setiap bulannya. Selain itu, juga ada masalah rendahnya tingkat kesejahteraan guru madrasah dibanding guru sekolah umum lainnya. “Saya mencoba untuk memperjuangkan hal ini,” jelas pria yang suka olah raga senam ini.
Namun, faktor utama yang membuat dia ingin menjadi wakil rakyat, yaitu gerakan ekslusifisme. Menurutnya, gerakan ini dalam jangka panjang akan sangat membahayakan kesatuan bangsa. Kebersamaan, pluralisme, demokratisasi harus diperjuangkan tidak hanya sekedar teori normatif, tapi diperjuangkan secara realitas. Dan, perjuangan yang paling utama, yaitu memberikan pemahaman dan saling memahami. Jika hal itu diterapkan, maka akan tercipta kebersamaan dan toleransi antarumat beragama.(beritajakarta)
Riwayat Hidup Singkat
Nama: Nur Alam Bakhtir
Tempat/Tgl Lahir: Kuningan, 28 Februari 1957
Alamat: Jl. Cipeucang II, 19, Koja, Jakarta Utara
Pengalaman Organisasi: Ketua Dewan Tanfidz PKB Jakarta Utara, PMII, Sekretaris LDNU DKI, Forum Silaturahmi Da´i Jakarta, Ketua Dewan Masjid Jakarta, Dewan pakar MUI Jakarta Utara.
Pendidikan Terakhir: Sarjana IAIN
Nama Istri: Lilis Nurmawati
Nama Anak: Dina Fardiana Ulfah,
Yani Hijriani,
Ghozi Aufa,
Rifa Arifah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar